Jika hanya ada satu atau dua orang dalam sebuah ruangan besar, tentu akan sangat boros jika seluruh ruangan didinginkan. Berapa banyak energi yang akan dihabiskan untuk menyejukkan orang yang sedikit itu? Berawal dari sana, Universitas California coba gantikan fungsi AC dengan pakaian yang dapat menjaga tubuh penggunanya tetap sejuk, tak peduli bagaimanapun kondisinya.
Adaptive Textiles Technology with Active Cooling & Heating, disingkat ATTACH, adalah nama pakaian cerdas tersebut. Dengan pendanaan sebesar 2,6 juta Dollar dan tim yang dipimpin oleh Joseph Wang, Professor Nanoengineering di Universitas California, proyek ATTACH mencoba mengubah dunia.
ATTACH dirancang agar tetap berada pada suhu tubuh penggunanya, yakni 93°F atau 33°C. "93°F adalah rata-rata suhu nyaman bagi kebanyakan orang", ujar Renku Chen, asisten professor teknik mesin & aerospace Universitas California yang juga terlibat dalam proyek ATTACH.
![]() |
Joseph Wang & ATTACH: Pakaian yang anda kenakan akan tetap sejuk tak peduli bagaimanapun cuacanya. (Dok. Union Tribune San Diego) |
ATTACH menggunakan polymer dalam kain agar dapat beradaptasi dengan perubahan suhu ruangan. Ketika ruangan menjadi dingin, kain akan menjadi lebih tebal. Sebaliknya ketika ruangan menjadi panas, kain akan menjadi lebih tipis.
ATTACH manfaatkan termoelektrik yang terpasang pada beberapa titik pakaian. Termoelektrik inilah yang menjadi kunci dalam proses menjaga kesejukan penggunanya. Uniknya, termoelektrik yang digunakan dapat dicetak dengan printer khusus.
Tak hanya itu, ATTACH juga dilengkapi dengan baterai isi ulang dan biofuel cell yang dapat menghasilkan daya listrik dari keringat manusia. Seluruh bagian tersebut berukuran tipis, lentur, dan fleksibel sehingga tidak akan membebani ataupun mengganggu aktifitas pengguna.
"Terget kami adalah menghasilkan pakaian cerdas yang tampak dan sama nyamannya dengan pakaian yang orang kenakan sehari-hari. Pakaian tersebut dapat dicuci, lentur, dan ringan. Kami juga berharap agar dapat membuat pakaian tersebut atraktif dan fashionable," tutur Wang.
Belum ada klaim soal berapa biaya satu buah pakaian. Kabarnya, Wang memiliki teknologi yang memungkinkan produksi setiap bagian dengan biaya rendah.
Sumber Artikel & Gambar: Jacobsschool | UT San Diego
Wah menarik, di Indonesia udah ada belum ya?
ReplyDelete