LaWS memiliki pengaturan untuk hasilkan kerusakan tak mematikan(non-lethal) dan mematikan(lethal). Dengan pengaturan non-lethal, LaWS dapat melakukan sabotase target, seperti membuat target 'silau' atau mengacau sensor target. Sebaliknya, dengan pengaturan lethal, LaWS mampu hancurkan target dengan ukuran tertentu, seperti perahu serbu kecil dan Unmanned Aerial Vehicle(UAV). US Navy menampilkannya secara umum dalam video demonstrasi LaWS menghancurkan target.
Berbeda dengan persenjataan pada umumnya, LaWS tidak membutuhkan amunisi seperti peluru atau misil. Amunisi yang LaWS gunakan adalah daya listrik. Menariknya, satu kali tembakan, LaWS hanya hanya habiskan biaya sekitar satu dolar. Sebagai perbandingan, harga satu misil dapat mencapai ratusan ribu dolar.
LaWS adalah produk penelitian yang telah berjalan semenjak tahun 2006. Ujicoba pertama LaWS dilakukan pada tahun 2011. Barulah pada tahun ini LaWS diterapkan pada USS Ponce. LaWS berhasil memuaskan US Navy dengan keandalan, kemudahan perawatan, dan kemudahan integrasi dengan persenjataan yang sudah ada.
| Pusat kontrol LaWS yang sangat ringkas. Kendalikan arah bidik dengan sebuah joystick. (Dok. US Navy/John F. Williams) |
Menurut anda, kapan Indonesia akan memiliki persenjataan laser seperti LaWS? Mungkinkah KRI canggih Indonesia, seperti KRI Diponegoro dan KRI Hasanuddin, dilengkapi persenjataan laser seperti USS Ponce? Kita nantikan kiprah anak bangsa!
Comments
Post a Comment